Lets be Creative with Gunadarma Logo's :)







Warna ungu : warna yang identik dengan kesetiaan ,melambangkan kesetiaan dan keteguhan hati untuk menyumbangkan dharma bakti kepada Nusa dan Bangsa

Warna Putih : warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesucian yang menunnjukan bahwa universitas gunadarma berazazkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pancasila)

Warna Kuning Keemasan : warna dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan kebahagiaan, keceriaan dan hati-hati dicampur dengan keemasan melambangkan warna yang elegan dan semangat yang melambangkan kebahagiaan dan semangat yg tidak padam dalam menuntut ilmu dan menyumbangkan ke masyarakat.

Perkembangan Proses Konvergensi SAK Indonesia menuju IFRS


PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARDS

Rindu Rika Gamayuni
Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 – 1831
Volume 14 Nomor 2, Juli 2009

Abstrak

The Indonesian Financial Accounting Standards needs to adopt IFRS, so that the Indonesian financial reports can be accepted globally and the Indonesian companies are able to enter the global competition to attract the international investors. Currently, the adoption by Indonesian PSAK is in the form of harmonization, which means partial adoption. However, Indonesian is planning to fully adopt the IFRS by 2012. Such an adoption will be mandatory for listed and multinational companies.
The decision as to whether Indonesia will fully adopt the IFRS or partly adopt for harmonization purposes needs to be considered carefully. Full adoption of IFRS will enhance the reliability and comparability of the financial reports internationally. However, it may contradict the Indonesian tax systems and other economic and political situations.
If Indonesia were to adopt fully the IFRS by 2012, the challenges are faced firstly by the academic society and the companies. The curriculum, syllabi, and literature need to be adjusted to accommodate the changes. These will take considerable time and efforts due to the many aspects related to the changes. Adjustments also need to be done by corporations or organizations, particularly those with international transactions and interactions. Full adoption also means the changing of accounting principles that has been applied as accounting standards worldwide. This might not be achieved in a short period, due to a number of reasons: (1) accounting standards are highly related with the tax systems. Adoption to IFRS internationally may change the tax systems in each country that fully adopt the IFRS. (2) Accounting standards are accounting policies in order to fulfil the national political and economic necessities that vary in each country. This might be the significant challenges in fully adopting the IFRS.

Keyword : International Financial Reporting Standards, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, fully adoption, accounting policies, tax systems.

Latar belakang

Era globalisasi ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan.

Pesatnya teknologi informasi saat ini menjadikan para calon investor mudah mengakses untuk memasuki pasar modal diseluruh dunia dengan tidak ada batasan sehingga para investor Amerika dapat dengan mudah berinvestasi di Jepang, Indonesia dll. Kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi jika misalnya, Amerika mengggunakan standard pelaporan FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.

Sekarang ini Indonesia masih harmonisasi atau dengan kata lain mengadaptasi PSAK ke IFRS,belum mengadopsinya secara penuh dikarenakan masih ada standard yang perlu dipertahankan yang belum bisa di konvergensi ke IFRS. Rencananya pengadopsian IFRS di Indonesia akan dilakukan pada tahun 2012 mendatang, permasalahannya, apakah dengan mendaopsi IFRS secara penuh sesuai dengan keadaan ekonomi dan politik Indonesia??


Hasil Pembahasan dan kesimpulan

Dari sekian banyak Standar Akuntansi keuangan di Indonesia,sejak 2006 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi dengan International
Accounting Standards (IAS) danIFRS). 5 butir PSAK yang telah direvisi tersebut antara lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30 (ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2008), PSAK No.50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2009).

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK IAI) telah mengesahkan, berikut 14 PSAK Disahkan 23 Desember 2009-30 Juni 2011, Berlaku tahun 2011

1. PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAK 2 (revisi 2009): Laporan Arus Kas
3. ED PSAK 3 : Laporan Keuangan Interim (akan disahkan segera, kemungkinan bisa berlaku tahun 2011)
4. PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri
5. PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi
6. PSAK 12 (revisi 2009): Bagian Partisipasi dalamVentura Bersama
7. PSAK 15 (revisi 2009): Investasi Pada Entitas Asosiasi
8. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
9. PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset
10. PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
11. PSAK 58 (revisi 2009): AsetTidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
12. PSAK 19 (2010): Aset Takberwujud
13. PSAK 23 (2010): Pendapatan
14. PSAK 7 (2010): Pengungkapan Pihak‐Pihak yang Berelasi
15. PSAK 22 (2010): Kombinasi Bisnis

Interpretasi disahkan 23 Desember 2009-30 Juni 2010,berlaku tahun 2011

1. ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
2. ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa
3. ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
4. ISAK 11: Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik
5. ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter olehVenturer
6. ISAK 14 (2010): Biaya SitusWeb
7. ED ISAK 17 : Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai

PSAK Berlaku 2012

1. ED PSAK 8 (R 2010): Peristiwa SetelahTanggal Neraca
2. PSAK 10 (2010): TransaksiMata Uang Asing (Sudah disahkan , Penerapan Dini diijinkan)
3. ED PSAK 18 (2010): Program Manfaat Purnakarya
4. ED PSAK 24 (2010) Imbalan Kerja
5. ED PSAK 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan
6. ED PSAK 50 (R 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian
7. ED PSAK 53 (R 2010): Pembayaran Berbasis Saham
8. ED PSAK 46 (Revisi 2010) Pajak Pendapatan
9. ED PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
10. ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi

Interpretasi berlaku 2012

1. ISAK 13 (2010) : Lindung Nilai Investasi Neto dalam KegiatanUsaha Luar Negeri (penerapan
dini diijinkan)
2. ED ISAK 16 : Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12)
3. ED ISAK 15: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya.
4. ED ISAK 18: Bantuan Pemerintah‐Tidak Ada Relasi Specifik dengan AktivitasOperasi
5. ED ISAK 20: Pajak Penghasilan‐Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang
Sahamnya
sumber : www.iaiglobal.or.id

Adapun terdapat beberapa penelitian di luar negeri telah dilakukan untuk menganalisa dan membuktikan efek penerapan IAS (IFRS) dalam laporan keuangan perusahaan domestik. Penelitian itu antara lain dilakukan oleh Barth, Landsman, Lang (2005), yang melakukan pengujian untuk membuktikan pengaruh Standar Akuntansi Internasional (SAI) terhadap kualitas akuntansi. Penelitian lain dilakukan oleh Marjan Petreski (2005), menguji efek adopsi SAI terhadap manajemen perusahaan dan laporan keuangan. Hung & Subramanyan (2004) menguji efek adopsi SAI terhadap laporan keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban dan nilai buku ekuitas, lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding standar akuntansi Jerman, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan dan laba bersih yang didasarkan atas Standar Akuntansi Internasional dan Standar Akuntansi Jerman. Adopsi SAI juga berdampak pada rasio keuangan, antaralain rasio ROE, RAO, ATO, rasio LEV dan PM, rasio nilai buku terhadap nilai pasar ekuitas, rasio Earning to Price.

Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan kualitas
pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan.

Indonesia perlu mengadopsi IFRS ini untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan dengan standar yang sama yaitu IFRS oleh para perusahaan asing dalam rangka menanamkan modalnya di Indonesia.

Rencananya Indonesia akan mengadopsi secara penuh pada tahun 2012 mendatang, saat ini Indonesia baru melakukan harmonisasi saja untuk beberapa PSAK. Namun permasalahannya adalah apakah baik jika 2012 mendatang Indonesia mengadopsi secara penuh IFRS? Sedangkan standar akuntansi keuangan suatu negara pasti disusun berdasarkan keadaan ekonomi negara itu sendiri juga,ini menjadi pertanyaan besar yang masih mengawang-awang, jika IFRS diadopsi secara penuh, berarti sistem perpajakan,sistem pola pikir karyawan setiap perusahaan juga dituntut untuk menyajikan laporan keuangan harus berdasarkan IFRS. Dan itu membutuhkan usaha yang sangat keras,jadi pada dasarnya masyarakat harus siap dan dibekali untuk menghadapi perubahan standar akuntansi keuangan bertaraf international yang diakui international sehingga negara kita lebih mudah dikenal oleh dunia dan menjadi lebih maju.

Sumber :
1. Rindu Rika Gamayuni, Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 – 1831,Volume 14 Nomor 2, Juli 2009



Mengidap penyakit langka, wajah anak perempuan mirip serigala


Membaca artikel dari sebuah website tentang wajah anak perempuan yang mirip serigala, rasanya sedih, kasian, tetapi mau gak mau harus dijalani apapun keadaannya. Namanya Supatra Sasuphan, ia sudah kebal dengan sapaan 'wajah monyet' atau 'gadis serigala'. Gadis 11 tahun asal Thailand ini tak lagi hirau dengan rambut lebat yang menutupi hampir seluruh permukaan wajahnya, kecuali mata dan area mulut. Ia sudah mulai percaya diri dengan keadaanya yang kasarnya tidak layak bulu lebat tersebut tumbuh diwajah anak perempuan. Setelah Guinness World Record mencatat namanya sebagai gadis pemilik rambut terbanyak di dunia, 2010. Predikat ini sukses menghapus ejekan orang di sekelilingnya. "Sekarang tidak ada lagi yang memanggil saya dengan muka monyet," ujarnya.

Dad Sammrueng, sang ayah, mengatakan bahwa putri mengalami kelainan itu sejak lahir. Dunia medis menyebutnya dengan sindroma Ambras, berupa penyakit bawaan akibat mutasi kromosom. Sebuah artikel di National Naval Center menyebut, sindroma ini menimpa kurang dari 50 orang di dunia.

Sindroma langka itu membuat Supatra kesulitan bernapas saat lahir. Ia harus menjalani dua kali operasi untuk membantunya bernapas. "Lubang hidungnya hanya satu milimeter. Dia berada di dalam inkubator selama tiga bulan dan menjalani operasi pembesaran lubang hidung menjadi satu setengah milimeter," ujar Dad.

Sudah beragam metode penghilang bulu ia coba, termasuk penggunaan laser. Namun, tak ada yang membuahkan hasil. Pertumbuhan rambut di tubuhnya tetap tak terkendali. Ia harus menerima kenyataan bahwa dokter belum berhasil menemukan penawar sindroma tersebut.

Berhasil melewati masa kritis di awal kehidupannya, Supatra tumbuh sehat. Dia sangat menyukai menari, menonton kartun, dan mendengarkan musik. Dia juga memiliki cita-cita yang tidak kalah dari anak sebayanya.

Sebagai manusia yang percaya Tuhan, apapun yang terbaik harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakit langka ini, dan sebagai keluarga jangan berhenti memberikan dukungan untuk Supatra, karena dibalik kekurangan yang ia punya, Tuhan memberikan jauh lebih banyak kelebihan untuk survive dalam kehidupan ini, kita dapat melihat cth Hee ah Lee pianis hebat dengan jari menyerupai kepiting, ia tetap percaya diri dengan talentanya yang luar biasa.

ALL about PIZZA, yummyyy :)




Pizza, semua orang pasti mendengar kata pizza membayangkan sebuah roti berbentuk bundar, dengan keju di atasnya, saus tomat, paprika, smoked beef, ayam, bahkan ikan tuna sekalipun, hmmm yummy :)

Saat ini restaurant Pizza sudah sangat menjamur, dari Pizza hut, Izzi Pizza, Domino's Pizza, Pizza Marzano, dll. Dari yg harganya mahal hingga yg termurah, dari yang enak sampai yang biasa saja. Tetapi sejenak kita lihat bagaimana Pizza berawal mula.

Pizza yang telah dikenal oleh masyarakat kuno, tentunya berbentuk lain dengan pizza zaman sekarang. Makanan ini umumnya dikonsumsi kaum miskin dan dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana yang mudah didapatkan seperti tepung terigu, minyak, garam, dan ragi.

Pizza yang kita kenal sekarang lahir sekitar tahun 1600, pizza saat itu tidak dilumuri saus tomat di atasnya. Kemudian pada tahun 1800-an Pizza dengan saus tomat dibawa oleh imigran Italia yang umumnya berasal dari Napoli ke New York, Amerika Serikat. Pada periode itu juga di Napoli, Italia muncul "Perkawinan Bersejarah" Pizza yang ditaburi mozzarella. Seorang pembuat pizza, Raffaele Esposito dan istrinya menyiapkan sebuah pizza untuk dipersembahkan pada Ratu Margherita Savoia, istri Kaisar Italia Umberto I. Yang dibuat atas permintaan Yang Mulia. Sebuah Pizza yang melambangkan Bendera Italia: Merah yaitu saus tomat, putih yaitu mozzarella dan hijau yaitu daun basil. Dikarenakan Sang Ratu begitu suka dengan cita rasa pizza sederhana ini maka pizza itu dinamakan Pizza Margherita, sesuai dengan nama Sang Ratu.

Kata "pizza" diambil dari bahasa Italia pizza (Alfabet Fonetik Internasional / International Phonetic Alphabet, IPA: [ˈpiːtsə]), biasanya berarti "pai, kue, tart". Banyak yang salah mengira bahwa pizza berasal dari kata Italia yang berarti phai (pie).

Pizza asli berasal dari Italia dan bisa ditemui di Pizzeria (toko Pizza) yang tiap porsi pizzanya berdi
ameter kira-kira 30 cm atau lebih, dengan adonan yang telah ditarik tipis. Salah satu rahasia kelezatan Pizza Italia adalah proses pemanggangannya yang dilakukan di dalam oven tradisional dengan bara api. Hal ini dikarenakan jika dipanggang dengan oven listrik, umumnya adonan pizza tipis akan menjadi keras.

Pizza hut, Pizza yang terbesar di dunia saat ini adalah Pizza hut yang didirikan oleh dua mahasiswa di Kansas dan Pizza hut ini merupakan restaurant Pizza pertama di Indonesia.

Domino’s Pizza, Perusahaan ini didirikan tahun 1960 oleh Tom Monaghan. Hingga tahun 2006, Domino's Pizza memiliki hampir dari 8.000 pusat layan antar yang dimiliki pihak perusahaan dan pemilik waralaba di lebih dari 54 negara.

Pizza Marzano, nama Marzano berasal dari berbagai tomat Marzano Pizza Italia biasanya digunakan untuk menyiapkan saus pizza yang unik dan lezat. Restoran pertama dibuka di La Rambla di Barcelona pada tahun 2001.

Papa Ron’s Pizza, Papa Ron’s Pizza berdiri sejak tahun 2000, sampai saat ini Papa Ron's Pizza sudah membuka 43 gerai tersebar di seluruh Indonesia. 17 outlet diantaranya berada di JABOTABEK dan sisa nya di luar Kota. Satu-satunya gerai Pizza local Indonesia adalah Papa Ron’s Pizza.

Masih banyak Pizza-Pizza lain, sejauh ini 4 Pizza diatas enak-enak kok, dan sudah tersebar di Jakarta, jadi untuk kalian belum coba Pizza ini, silahkan dicobaaa.

ISAK 12

INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 12

PENGENDALIAN BERSAMA ENTITAS: KONTRIBUSI

NONMONETER OLEH VENTURER

PENDAHULUAN

Referensi

• PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

• PSAK 16: Aset Tetap

• PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama

• PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan

Latar Belakang

1. Paragraf 47 PSAK 12 mengacu pada kontribusi dan penjualan antara venturer dan ventura bersama yang dinyatakan sebagai berikut: “Jika venturer mengkontribusikan atau menjual aset kepada ventura bersama, maka pengakuan porsi dari keuntungan atau kerugian dari transaksi mencerminkan substansi dari transaksi tersebut”. Di samping itu, paragraf 24 PSAK 12 menyatakan “Pengendalian bersama entitas adalah ventura bersama yang melibatkan pendirian suatu perseroan terbatas, persekutuan atau entitas lainnya yang mana setiap venturer mempunyai bagian partisipasi”. Tidak ada panduan eksplisit atas pengakuan keuntungan dan kerugian akibat dari kontribusi aset nonmoneter kepada pengendalian bersama entitas (PBE).

2. Kontribusi ke PBE adalah pengalihan aset oleh venturer dengan pertukaran bagian partisipasi ekuitas dalam PBE. Bentuk kontribusi tersebut dapat beragam. Kontribusi dapat dilakukan secara simultan oleh venturer baik pada saat pendirian PBE atau setelahnya. Imbalan yang diterima oleh venturer (para venturer) dalam pertukaran dengan aset yang dikontribusikan ke PBE dapat juga meliputi kas atau imbalan lain yang tidak bergantung pada aliran kas masa depan PBE (“imbalan tambahan”).

3. Permasalahan yang timbul adalah:

(a) kapan porsi yang sesuai dari keuntungan atau kerugian akibat dari kontribusi aset nonmoneter ke PBE dalam pertukaran dengan bagian partisipasi ekuitas PBE diakui oleh venturer dalam laporan laba rugi;

(b) bagaimana imbalan tambahan dicatat oleh venturer; dan

(c) bagaimana keuntungan atau kerugian belum direalisasi disajikan dalam laporan keuangan konsolidasian venturer.

4. Interpretasi ini berkaitan dengan akuntansi venturer

untuk kontribusi nonmoneter ke PBE dalam pertukaran dengan bagian partisipasi ekuitas PBE yang dicatat baik dengan metode ekuitas atau konsolidasi proporsional.

INTERPRETASI

5. Dalam menerapkan paragraf 47 PSAK 12 atas kontribusi nonmoneter ke PBE dalam pertukaran dengan bagian partisipasi ekuitas PBE, venturer mengakui dalam laporan laba rugi pada periode dimana porsi keuntungan atau kerugian dapat diatribusikan pada bagian partisipasi ekuitas venturer lain,

kecuali jika:

(a) risiko dan manfaat signifikan dari kepemilikan aset nonmoneter yang dikontribusikan tidak beralih ke PBE; atau

(b) keuntungan atau kerugian dalam kontribusi nonmoneter tidak dapat diukur dengan andal; atau

(c) transaksi kontribusi tidak memiliki substansi komersial, seperti yang dijelaskan dalam PSAK 16.

Jika pengecualian (a), (b) atau (c) berlaku, maka keuntungan atau kerugian dianggap sebagai belum direalisasi sehingga tidak diakui dalam laporan laba rugi kecuali paragraf 6 juga berlaku.

06. Jika, di samping menerima bagian partisipasi ekuitas PBE, venturer menerima aset moneter atau nonmoneter, maka porsi yang sesuai dari keuntungan atau kerugian dalam transaksi tersebut diakui oleh venturer dalam laporan laba rugi.

07. Keuntungan atau kerugian belum direalisasi atas aset nonmoneter yang dikontribusikan ke PBE dieliminasi terhadap aset yang mendasari dengan metode konsolidasi proporsional atau terhadap investasi dengan metode ekuitas. Keuntungan atau kerugian belum direalisasi tersebut tidak dapat disajikan sebagai keuntungan atau kerugian tangguhan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian venture.

Proses Konvergensi ISAK 12 ke SIC 13

Komponen utama dari SAK adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diadopsi dari International Accounting Standard (IAS) dan International Financial Reporting Standard (IFRS), dan Intepretasi atas Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diadopsi dari SIC (Standard Intepretation Committee) dan IFRIC (International Financial Reporting Intepretation Committee). Hal ini berarti bahwa IFRSs terdiri dari IAS, IFRS, SIC, dan IFRIC. Perbedaannya, IAS dibuat oleh International Accounting Standards Committee (IASC) organisasi pendahulu IASB yang berdiri pada tahun 1973. IASC ini kemudian direstrukturisasi menjadi IASB pada tahun 1999. Pada tahun 2001, IASC menjadi foundation (IASCF) yang mendanai IASB. Sejak saat itu, IASB meneruskan tugas dari IASC. Untuk membedakan produk buatan IASC dan IASB, standar-standar yang selanjutnya dibuat oleh IASB dinamai dengan IFRS. SIC dibuat oleh Standards Intepretation Committee, suatu komite khusus yang berfungsi membuat intepretasi dari IAS yang principle based. Intepretasi ini sifatnya menjelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang lebih detail. IFRIC dibuat oleh International Financial Reporting Intepretation Committee, suatu komite khusus yang berfungsi membuat intepretasi dari IFRS. Konvergensi ISAK 12 “pengendalian bersama entitas : Kontribusi Nonmoneter oleh venture, mengadaptasi dari SIC 13 Jointly controlled Entities-non monetary contributions by venture.

ISAK yang berlaku efektif per 1 Januari 2011

No

ISAK

Ref

1

ISAK 7
Konsoliasi Entitas Bertujuan Khusus

SIC 12
Consolidation – Special Purposes Entities

2

ISAK 9
Perubahan Atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi & Liabilitas Serupa

IFRIC 1
Change in Existing Decommissioning, Restoration and Similar Liabilities

3

ISAK 10
Program Loyalitas Pelanggan

IFRIC 13
Customer Loyalty Programs

4

ISAK 11
Distribusi Aset Non Kas Kepada Pemilik

IFRIC 17
Distributions of Non-Cash Assets to Owners

5

ISAK 12
Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer

SIC 13
Jointly Controlled Entities – Non Monetary Contributions by Venturers

6

ISAK 14
Aset Tak Berwujud: Biaya Situs Web

SIC 32
Intangible Assets – Web Site Costs


ISI dari SIC 13

SIC 13 (AC 413) Jointly Controlled Entities -

Non-Monetary Contributions byVenturers

Background

SIC 13 (AC 413) deals with the venturer’s accounting for non-monetary contributions made to a Jointly Controlled Entity (JCE) in exchange for an equity interest in the Jointly Controlled Entity that is accounted for either using the equity method or proportionate consolidation.

A Jointly Controlled Entity is defined as a joint venture that involves the establishment of a corporation, partnership or other entity in which each venturer has an interest

Issues

  • When the appropriate portion of gains or losses resulting from a contribution

of a non-monetary asset to a JCE in exchange for an equity interest in the

JCE should be recognised by the venturer in the income statement.

  • How additional consideration should be accounted for by the venturer.
  • How any unrealised gain or loss on non-monetary should be presented in

the consolidated financial statements of the venturer.

Issue 1

Gains or losses relating to the equity interest should be recognised by the Venturer in profit or loss for the period

except when:

  • significant risks and rewards of ownership have not been transferred to the JCE (per IAS 18)
  • the gain or loss on the non-monetary contribution cannot be measured reliably
  • the contribution transaction lacks commercial substance (per IAS 16)

Issue 2

If the venturer receives monetary or non-monetary assets in addition to the equity interest, an appropriate portion

of the gain or loss on the transaction will be recognised by the venturer in profit or loss.

Issue 3

Unrealised gains or losses on non-monetary assets contributed to JCEs should be eliminated as follows for the

different accounting methods:

  • Proportionate consolidation method - against the underlying assets
  • Equity method - against the investment

Such gains or losses will not be presented as deferred gains or losses in the venturer’s consolidated balance sheet.

KESIMPULAN

Sebuah Interpretasi IAS 31, Pelaporan Keuangan Kepentingan Dalam Usaha Bersama

  • Issued November 1998
  • Tanggal Efektif: periode keuangan tahunan dimulai pada atau setelah 1 Januari 1999

SIC 13 menjelaskan keadaan dimana bagian yang sesuai keuntungan atau kerugian akibat dari kontribusi aset non-moneter untuk pengendalian bersama entitas (PBE) dalam pertukaran dengan kepemilikan saham di PBE harus diakui oleh venture dalam pendapatan pernyataan.

SIC 13 menunjukkan bahwa di bawah IAS 31,39, pengakuan keuntungan atau kerugian atas kontribusi aktiva non-moneter yang tepat kecuali:

(A) risiko signifikan dan manfaat yang terkait dengan aktiva non-moneter yang tidak ditransfer ke pengendalian bersama entitas;
(B) keuntungan atau kerugian tidak dapat diukur dengan andal; atau
(C) aset sejenis disumbangkan oleh perusahaan lain.

aktiva non-moneter disumbangkan oleh venturer serupa ketika mereka memiliki sifat yang sama, penggunaan serupa dalam baris yang sama bisnis dan nilai wajar yang serupa. kontribusi Sebuah memenuhi uji kesamaan hanya jika semua aset komponen penting termasuk dalam kontribusi yang mirip satu sama aset komponen penting kontribusi dari perusahaan lain. Keuntungan A juga harus diakui jika, di samping kepentingan ekuitas dalam pengendalian bersama entitas, venture menerima pertimbangan dalam bentuk uang tunai atau aset lainnya yang berbeda dengan aktiva non-moneter kontribusi.

Berlaku per tgl 1 Januari 2011

Sumber : www.wikipedia.com, www.iasplus.com, www.scribd.com